Rabu, 30 November 2016

Perjalanan Hidup Arung Palakka
Hingga ke Batavia

            Suatu hari tepatnya tanggal 15 september 1624 lahir seorang putra bangswan di wanua Lamatti kerajaan Mario Riwawo. Anak itu memiliki tubuh yang besar dan kemauaannya tidak bisa dibatasi sehingga diberi nama La Tenri Tatta Toapatunru.
            Diwaktu kelahirannya keadaan antara kerajaan saat itu tidaklah kondusip, peperangan silih berganti terjadi antar kerajaan-kerajaan besar.
            Saat latenri tatta berumur  11 tahun kerajaan Bone yang dipimpin La Maddaremmeng mengalami kekalahan. Karna kerajaan Bone dianggap sebagai kerjaan besar dan penaklukannya membutuhkan biaya yang besar maka kerajaan Bone dijadikan kerajaan palili ata ri kale.
            Pasca peperangan itu  raja beserta bangswan serta prajurit kerajaan bone di tahan ditempat pengasingan Sanrangen. La Tenri Tatta termasuk bangsawan  yang diasingkan bersama dengan orang tuanya. La Tenri tatta mendapat perlakuan yang berbeda dengan bangswan lainnya. Dia diasuh dan dijadikan pembawa Ammiccung  oleh karaeng Patingalloang. Dari sinilah La Tenri Tatta banyak mendapatkan pengetahuan dan mengetahui pulah sistem pemerintahan kerajaan Gowa.
            Dikarenakan La Tenri Tatta dimata Karaeng Patingalloang dianggap sebagai anak  yang penurut,tidak banyak tingkah dan pasih menguasai bahasa melayu dan dalam permainan yang sering dimainkan oleh anak bangsawan seumurannya tiddak ada yang bisa mengunggulinya maka karaeng Patingalloan menjadiakannya sebagai anak angkat. La tenri Tatta diberi gelar paddaengeng Dg. Serang oleh karaeng Patingalloang. Nama inilah yang menjadi sapaan akrab Latenri Tatta sewaktu berada di kerajaan Gowa.
            Latenri tatta Selama mendampingi Karaeng Patingalloang dia mengenal banyak petinggi kerajaaan Gowa disini pula dia mengenal I Mallombassi yang dijodhkan sejak kecil dengan kakak angkatnya. La Tenri Tatta juga seringkali mengunjungi tempat penggalian parit benteng Ujung Pandang disinilah dia meliahat orang senegrinya dipekerjakan.
            Setelah meninggalnnya karaeng patingalloang pada tanggl 15 september 1654. Latenri Tatta bersama keluarganya berganti tuan ke tangan karaeng Karungrung yang merupakan putra dari karaeng Patingalloang. Berbeda dengan ayahnya karaeng karunrung memiliki sikap yang keras dan bertindak semena-mena terhadap para tawanan.
            Suatu waktu benteng Panakukang jatuh ketangan VOC, kekhawatiran besar terjadi dalam kerajaaan Gowa. Raja Gowa beserta Bate salapang  menggelar Tudang Sipulung. Hasil dari pertemuan itu diputuskan untuk menghalui jika terjadi serangan oleh VOC pertahanan Gowa harus segera diperkuat dengan pembangunan benteng Ujung Pandang harus segera diselesaikan.
            Kareng karunrung dipercayakan bertanggung jawab dan memantau pembangunan benteng tersebut. Agar pembangunan benteng Ujung Pandang segera rampung maka diperintahkan kepada Jennang To Bala untuk mendatangkan 10.000 pekerja dari kerajaan Bone dan Soppeng.
            Jennang To Bala segera melaksanakn perintah tersebut dia tak punya waktu untuk memilih orang yang akan direkrutnya selama fisiknya memumpuni dia direkrut. Dengan alat dan bekal rakyat Bone berangkat ke Gowa.  Sesampai di Gowa banyak diantara pekerja itu jatuh sakit karna kelelahan terutama dari golongan anak-anak. Kabar kedatangan 10.000 rakyat tersebut sampai ditelinga tawanan bangsawan Bone. Banyak diantara mereka memutuskan untuk menengok orang-orang senegrinya ketika baru tiba ditempat pembangunan.
            Iba hati melihat penderitaan orang-orang senegrinya dipekerjakan.  Mereka dipekerjakan dibawah terik matahari pantai yang sangat menyengat kulit, mereka bekerja dari pagi sampai petang. mereka hanya diberi waktu sedikit untuk beristirahat dan makan dari bekal nasi jagung dan serbuk ikan kering yang lebih banyak garam daripada ikannya. Sunggu naas nasip yang menimpa rakyat sengrinya mereka yang bermalasan dicambuk oleh mandor yang tak kenal perikemanusiaan bahkan yang dianggap membangkan kakinya dirantai sambil bekerja, tak hanya itujika kedapatan ada yang melarikan diri mereka akan dihukum mati.
            Tidak hanya itu karna tenaga kerja yang diaanggap masih kurang maka karaeng karunrung memerintahkan para bangswan Bone untuk bekerja termasuk La tenri Tatta. Perintah untuk mempekerjakan bangsawan tidak bisa di terima oleh jennang To Bala  dia menganggap bahwa melibatkan bangsawan dalam pekerjaan kasar terlebih jika bengsawan itu memiliki dari To Manurung merupakan sebuah penghinaan besar. Dari sinilah muncul dibenaknys untuk merangcang strategi melarikkan diri beserta para pekerja itu dari kerajaan Gowa.
            Sepulang dari tempat pekerjaan pembuatan Benteng La Tenri Tatta mendapati ibu beserta istrinya tengah tertunduk sedih hal itu tentu membuatnya khawatir dan segera menayakan apa gerangan yang sudah terjadi. Setelah menngetahui ayahnya telah dibunuh secara keji oleh pasukan kerajaan Gowa karna memberontak saat melihat pekerja yang melarikkan diri dibunuh seperti hewan.
La Tenri Tatta tak sempat melihat jasad ayahnya kerna segera dikuburkan paska peristiwa itu. Hal ini membuat La Tenri Tatta sangat marah meskipun dia tidak bisa berbuat apa-apa.
            Beranjak dari peristiwa kematian kakek dan ayahnya beserta penderitaan rakyat senegrinya yang tak pernah lepas dari pikirannya, maka dia menerima tawaran jennang To Bala untuk memlarikkan diri tempat pembangunan benteng Ujung Pandang.
Pertemuan untuk mematangkan strategi pelarian dilakukan saat malam hari secara sembunyi-sembunyi, meskipun tanpa pengcahayaan tidak menyurutkan semngatnya untuk menyusun rencana pelarian. Setelah rencana pelarian tersusun dan pimpinanan pelarian telah diputuskan termasuk La Tenri Tatta memimpin sebagian dari kelompok Pelarian beserta bangswan lainnya. Kini hanya menunggu waktu yang tepat untuk melaakukan aksi pelarian.
            Waktu yang dianantikan pun tiba, saat itu keraajan Gowa mengadakan pesta panen di Tallo dan keamanan dipusatkan di tempat pesta tersebut. Momen ini dimanfaatka oleh Latenri Tatta dan To Bala sebagai momen tepat untuk melaksanakan rencananya. Pelarian pun dilaksanakan saat malam hari tepatnya malam sabtu. Pelarian itu terpencar dengan pemimpin yang sesuai keputusan saat petemuan menyusun rencana pelarian. Mereka  berkumpul di  ditempat yang sudah ditentukan yang berada di wilayah kerajaan Bone. Dalam pelarian La tenri Tatta hampir terkejar oleh pasukan gowa di marusu (maros) tapi berkat bantuan dari orang Marusu La Tenri Tatta berhasil menjauhkan diri dari jangkauaan perajurit Gowa.
            Sesampai ditempat pertemuan La Tenri Tatta kemabali mendapatkan kabar sedih dia mendapakan kabar bahwa sehari setelah Ibunya  We Tenri Sui sebagai pewaris kerajaan Pallakka meninggal. Oleh karena itu rakyat Palakka membulatkan tekad untuk menjadikan La Tenri Tatta sebagai raja palakka, dari sinilah La tenri Tatta bergelar Arung Palakka.
            Sesampai Arung Palakka di Bone dia diperhadapkan persoalan kekuatan tempur untuk menghadapi agresi Gowa. Arung Palakka bersama To Bala berusah menghimpun kekuatan tempur dengan mengajak La tenri Bali raja Soppeng untuk ikut serta dalam pertempuran. meskipun mengalamai pro kontro dikalangan bangswan soppeng akhirnya La tenri Bali di pertemuan yang di kenal dengan Pincara Loppie ri Attapang menyatakan kesiapannya untuk memberikan bantuan kepada arung Palakka. Dari pertemuan itu arung Palakka mendapat bantuan sebanyak 11.000 pasukan dari kerajaan soppeng.
            Suatu hal yang membuat arung Palakka sangat kecewa yakni ketika Arung Palakka meminta bantua kepada kerajaan Wajo yang sebelumnya meruapakan aliansi dari perjanjian Tellumpoccoe menolak untuk memberikan bantuan kepadanya.
            Peperangan antara pasukan arung Palakka dengan I Nallumbassi pertama kali terjadi di sulling daratan antara cenrana dan lamuru. Pasukan Arung Palakka tidak cukup kuat menahan pasukan Gowa, peperangan kemudian berlanjut di Matango dalam perang ini pasukan arung Palakka kembali kalah.
            Perang ketiga berlanjut ke daerah Labai sekitaran pegunungan dekat lamuru.Pada peperangan ini pasukan Arung Palakka berhasil menang dan memukul mundur pasukan Gowa. Pasukan tambahan Gowa segera dikirimkan bersama dengan ahli tembak dari Melayu, mereka dikirim melalui jalur laut dan tiba di Pammana disini mereka mendapat tambahan dari Wajo. Pasukan tambahan Gowa beserta Wajo memutuskan untuk menyerang Soppeng, wilayah soppeng diporak-porandakan, beberapa wilayah yang dilaluinya dibakar. Hal ini sangat berpengaruh tersehadapa pasukan Soppeng yang dipimpin langsung oleh La Tenri Bali yang kemudian memutuskan untuk mundur dari pertempuran dan kembali mempertahankan kerajaannya.
            Sekembalinya pasukan Soppeng membuat Arung Palakka kalah karna kehilangan kekuatan akhirnya Arung Palakka Terdesak di Ulaweng kemudian memutuskan untuk mundur ke pegunungan Mampu,peperangan kembali pecah dan Arung Palakka kembali mengalami kekalahan dan mundur ke daerah jaling sampai akhirnya terperangkap di Watampone.
            Dipertempuran lain pasukan yang dipimpin oleh To Bala terjadi di Lamuru  dengan prajurit Gowa yang dipimpin oleh Karaeng Sumannak pada pertempuran ini To Bala kena tembak dan jatuh dia pun tertangkap dan dipenggal. To Bala adalah orang yang paling dicari oleh kerajaaa n Gowa karna dianggap sebagai otak dari pelarian para pekerja bersama bangsawan yang ada di Gowa. Setelah berita meninggalnya To Bala prajurit Bone kehilangan semngat tempur terlebih lagi Arung Palakka berita kematian To Bala membuatnya bersedih bagaikan anak ayam yang kehilangan induknya. Arung Palakka sangat asing dengan bone dia banyak mengetahui wilayah dan potensi kerajaan Bone. Arung Palakka pertama menginjakkan kaki di kerajaan Bone saat ia menggantikan ibunya sebagai raja palakka.
            Kematian To Bala tidak lepas dari serangan mendadak kerajaaan Wajo yang memebantu Gowa. Dengan sisa pasukan Arung Palakka menghimpun kekuatan bersama soppeng unutk menyerang Wajo. Setelah berhasil menghimpu kurang lebih 4.000  seranganpun segera dilancarkan tapi serangan itu gagal karna wajo mendapatkan bantuan dari kerajaan Gowa.
            Pasca kekalahan dari peneyerangan itu arung Palakka bersama pasukannya berlindung dari suatu tempat ke tempat lainyya,dari satu gua ke gua lainnya. Sementara pasukan kerajaan Gowa berada dimana-mana memngurangi gerak-gerak arung palakka.
            Pada 18 oktober 1660 karaeng Sumannak beserta pasukannya kemballi ke Gowa. Arung  Palakka kembali menyusun langkah untuk membangun kekuatan. Tetapi arung palakka lelah. Harapan sepertinys hanya tinggal harapan ibarat punduk merindukan bulan.
            Dalam keputusa asaan Arung Palakka muncul dibenakknya untuk meninggalkan tanah bugis untuk mencari bantuan, baginya mencari bantuan di tanah Bugis sepertinya sudah tertutup. Kerajaan gowa telah begitu besar kekuatannya menyebut namanya saja orang akan ketakutan.
            Arung Palakka beserta 400 pasukan setianya sepakat untuk meninggalkan tanah bugis tapi terkendala oleh biaya, Arung Palakka tidak mempunyai biaya untuk memnghidupi dirinya beserta pasukannya di perantuan, kini untuk mendapatkan bantuan hanaya bisa didapatkan oleh La Tenri bali yang selalu mendukungnya. Setelah bertemu dan menceritakan apa yang dialami dalam pelariannya La Tenri bali pun sepakat terkait rencana Arung Palakka dan memberikan emas dan benda pusaka sebnyak 60 kg. Sedangkan dari kerajaan Bone Arung Palakka tidak mendapatkan apapun, Bone sudah tidak memiliki apa-apa lagi untuk diberikan, bangsawan banyak yang ditawan beserta harta bendanya dirampas. Pada saat itu bisa dikatakan Kerajaan Bone paling miskin diantara kerajaan lainnya.
            Pada 25 september 1660 Arung Palakka meninggalkan Bone dan berlayar menuju Buton, kepergian Arung Palakka ke Buton membuat kerajaan Gowa marah dan segera mempersiapkan pasukannya megejar arung Palakka.
Sesampai Arung Palakka ke Buton, dia beserta pasukannya ditempatkan ditempat yang berbeda-beda. Selama di Buton aung Palakka bersama sultan Buton kerap melakukan pertemuan untuk melepaskan diri dari pengaruh Gowa tetapi dikarenakan kerajaan Buton negri kecil dan tidak memiliki pasukan yng kuat sehingga dia hanya memberikan perlindungan kepada Arung Palakka.
            Tidak lama kehadiran Arung Palakka  sampai pulalah prajurit pengejar Arung palakka tetapi berkat tipu muslihat yang dilakukan oleh Sultan Buton Arung Palakka berhasul diselamatkan tanpa adanya peperangan.
Kurang lebih tiga tahun Arung palakka bermukim di Buton dia kemudian memutuskan berangkat ke Batavia setelah mendapatkan ususlan dari bangsawan Buton. Sebelum berangkat Arung Palakka mengutus Arung Pattojo untuk berangkat lebih dahulu dan mengatur pertemuan dengan petinggi VOC yang ada di Batavia. Akhirnya pada November 1663 Arung Palakka meninggalakan Buton dan berlayar ke batavia menggunakan kapal yang disediakan oleh VOC. Sesampai di Batavia Arung Palakka ditempatkan diwilaya Angke.
            Itu perjalanan arung palakka sehingga  bisa sampai di Batavia hingga menjalin sebuah aliansi yang akhirnya kerna aliannsi yang mereka jalin untuk memerangi Gowa sehingga Arung Pallakka dianggap Sebagai penghianat.  Peperangan antara VOC dengan kerajaan Gowa yang melibatkan Arung Palakka di pihak VOC diartikan sebuah penghianat bangsa. Pertanyaannya adalah Arung Palakka menghianat kepada siapa?.
            Pada zaman kerajaan perang menjadi solusi untuk memecahkan persoalan yang muncul. Perang sebagai jawaban untuk menjawab tantangan,semua kerajaan berusaha untuk merdeka. Mereka juga kerap kali membuat perjanjian untuk mengakhiri perang meskipun tak sepenuhnya dipatuhi. Kerajaan – kerajaan besar terkadang memaksakan kehendaknya sehingga perang kembali pecah. Kerajaan kecil mencoba membangun kerja sama agar kuat jika seandainya diserang. Mereka tidak mencari akar persoalannya  Dan hal inilah yang terjadi dalam sejarah panjang wilayah sulawesi selatan. Perang tak kunjung usai.
Jika demikian persoalannya sehingga mengapa Arung Palakka dalam pengembaraannya yang kontroversial menyusuri rellung-relung sejarah selalu berkata :
“ Kupergi meninggalkan Gowa.
Terbawa perasaan duka dan haru.
Inilah yang membuat daku datang berkunjung kepada “tuan”
Kuberharap mau mewujudkan harga diriku
Dan mengembalikan kembali hartaku
Semoga tuanlah yang mengantar daku kembali ke Gowa
Daku sudah ke negri Buton mencari kekuatan
Daku sudah ke negri Bima mencari kekuatan
Daku sudah ke negri Sumbawa mencar kekuatan
Daku sudah Ke negri Bali mencari kekuatan
Daku Sudah Ke Negeri Buleleng mencari Kekuatan.
Semua hanya berkata, daku tak punya kekuatan.
Itulah mengapa daku datang kemari kiranya  engkau dapat
Memulihkan harga diriku dan mengembalikan rasa kasih sayangku
Daku sangat berharap engkau juga dapat membawa diriku menyerang kembali ke Gowa.
            Untuk membebaskan negrinya dari penjajahan yang dilakukan oleh kerajaan gowa arung palakka sudah berkelana mencari bantuan kekuatan dari musuh kerajaan Gowa tetapi tidak ada yang  berani mengangkat senjata melawan Gowa bahkan kerajaan Wajo yang merupakan kerajaan tetangganya juga tak mau membantunya bahkan kerajaan wajo membantu pula memerangi pasukan Arung Palakka. Hal  ini  yang kemudian membuat Arung Palakka meminta bantuan kepada VOC yang dari dulu ingin menguasai kerajaan Gowa sebagai jalan terakhir.
            Memakai kecamata masa kini untuk menganalisa kejadian di masa lalu, merupakan hal yang membuat persoalan tambah rancu. Bagaimana mungkin memiliki seorang pahlawan nasional ketika negara belum terbentuk. Bagaimana mungkin mendeskreditkan seseorang menjadi penghianat ketika ketika tidak diketahui menghianat kepada siapa?.
            I Mallombassi meninggal di usia mudanya. Beliau Wafat setahun setelah runtuhnya benteng Sombaopu 24 juni 1669. Beliau wafat 12 juni 1670. Lain halnya dengan Arung Palakka yang meninggal kurang lebih 26 tahun pasca meninggalnya I Mallombassi. Lantas mengapa ada yang dikatan sebagai penghianat dan pahlawan padahal waktu itu mungkin konsep Negara Indonesia belumlah ada.
            Perlu kita ketahui pada waktu Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan masa-masa mempertahankan kemerdekaan ditahun  1945-1950, muncul sejumlah tokoh yang sangat berpengaruh  misalnya A. Pangerang Petta Rani, A. Mappanyukki, A. Djemma. Ketiganya adalah orang-orang yang sangat berpengaruh di era itu dan mereka adalah buah strategi arung palakka untuk mempersatukan kerajaan-kerajaan sulawesi selatun melalui politik perkawinan yang di lakukannya di abad XVII.
           


             

0 komentar:

Posting Komentar